BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Mengingat perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi remaja karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. perkembangan kognitif (atau intelektual) adalah perkembanganpikiran bagian dari otak yang dipakai untuk memahami, mengetahui, menalar serta mengenai sesuatu. Kognitif sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya.Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses anak dalam menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada inteprestasi dunia anak prasekolah. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan proses adaptasi dengan sejumlah pengalaman baru, misalnya seorang anak prasekolah mencoba memegang bola besar, akomodasi akan terjadi ketika anak mengenali bahwa bola tersebut lebih besar dari pada mainan yang biasa dimainkannya pada saat proses adaptasi.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis iden¬titas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bu-kan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya
Remaja yang berkembang baik kepribadiannya, salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasainya adalah membina hubungan sosial dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa selain dari guru dan orang tua. Remaja dapat berprestasi maksimal dalam belajar jika ia diterima dan dikagumi dalam kelompok sebayanya dan mampu memecahkan masalah sosial secara baik dengan orang dewasa terutama orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Perlu disadari bahwa perkembangan kepribadian remaja perlu dipahami oleh para guru maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja, karena perkembangan kepribadian sangat penting untuk mengembangkan prestasi belajar remaja.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan kognitif masa remaja ?
3. Bagaimana implikasi perkembangan kognitif dalam pendidikan ?
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
1. Untuk mengetahui maksud dari perkembangan kognitif.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan kognitif masa remaja .
3. Untuk mengetahui implikasi perkembangan kognitif dalam pendidikan.
D. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi literatur yaitu dengan merujuk pada buku-buku diperpustakaan, jurnal dan internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Perkembangan Kognitif
Fatimah (2006:31) menyatakan bahwa pada dasarnya, kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Hasil belajar ini merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Dari hasil belajar yang diukur terus belajar ini, tingkat kognitif seorang individu dapat diketahui. Test hasil belajar menggambarkan kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu.
Santrock (2007:52) menyatakan bahwa teori Piaget berpendapat anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan kognitif. Tahap pertama, sensori motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan fisik. Bayi mengalami kemajuan dari tindakan refleks sampai mulai menggunakan pikiran simbolis hingga akhir tahap. Tahap kedua yaitu, praoperasional( 2-7 tahun) anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatkan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik. Tahap ketiga yaitu, operasional konkret( 7-11 tahun) anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa kongkret dan mengklasifikasikan obyek-obyek kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. Tahap keempat yaitu, operasional formal (11-dewasa) remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis dan logis.
Yusuf(2012:195) menyatakan bahwa ditinjau dari perkembangan kognitif mrnurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap oprasi formal (oprasi=kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotetis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan maslah daripada berpikir kongkret.
Sarwono(1989:76) menyatakan bahwa keseluruan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Jadi, intelegensi memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Semakin banyak unsur rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, semakin berintelegensi tingkah laku tersebut. Kita ambil contoh seorang anak kecil berumur empat tahun sedang bermain di taman bunga. Ia melihat bunga-bunga berwarna-warni, lari mengejar kupu-kupu, menciumi bunga-bunga itu, dan sebagainya. Tindakan-tindakan itu masih berkadar intelegensi yang rendah karena unsur rasionya juga rendah.
Magta (2014) menyatakan bahwa Mengingat perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi anak karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Menurut Meggitt (2012:6), perkembangan kognitif (atau intelektual) adalah perkembangan pikiran bagian dari otak yang dipakai untuk memahami, mengetahui, menalar serta mengenai sesuatu. Kognitif sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Menurut Piaget (dalam Sujiono dkk, 2007:3.5), perkembangan kognitif memliki empat aspek yaitu kematangan, pengalaman, transmisi sosial dan ekuilibrasi. Perkembangan kognitif memiliki beberapa tahapan perkembangan. Menurut Piaget (Sujiono dkk, 2007) melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu: tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (7-11 tahun) dan tahap operasional formal (11-16 tahun). Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya. Setiap tahapan perkembangan kognitif memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Sujiono, dkk (2007) karakteristik perkembangan kognitif anak usia 5 – 6 tahun adalah mengelompokkan benda yang memiliki persamaan: warna, bentuk atau ukuran, mengenali dan menghitung angka sampai 20, mengetahui letak jarum jam untuk kegiatan sehari-hari, memperkirakan hasil realistis untuk setiap cerita, menceritakan kembali buku bergambar dengan tingkat ketepatan yang memadai, paham mengenai konsep arah: di tengah/di pojok dan kiri/kanan mengklasifikasikan angka, tulisan, buah dan sayur. Proses perkembangan kognitif dimulai sejak anak lahir. Dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya. Mengembangkan kemampuan kognitif anak dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran dan media yang inovasi, kreatif dan menarik bagi anak.
Ambara (2014) menyatakan bahwa Menurut pandangan Piaget (dalam Djiwandono, 2004:73), perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup: mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Ada 5 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Pertama, pembawaan. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Kedua, minat dan pembawaan yang khas. Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Ketiga, pembentukan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Disini dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan disekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya. Keempat, kematangan. Dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kelima, kebebasan. Berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Gustiana (2011) menyatakan bahwa Pada masa kanak-kanak kemampuan motorik berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak (Piaget :1952). Perkembangan kognitif merupakan sesuatu yang penting dikembangkan sejak masa kanak-kanak (Yudha M Saputra & Rudiyanto: 2005). Sejalan dengan pendapat para ahli di atas, Samsudin (2005:29) mengungkapkan bahwa “Perkembangan kognitif dan perkembangan motorik secara konstan berinteraksi, perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual proses interaksi”. Guru harus mengembangkan metode-metode pembelajaran yang paling tepat bagi anak, khususnya guru taman kanak-kanak. Pengembangan metode tersebut berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana para ahli sering menyebutnya dengan istilah DAP (Developmentally Appropriate Practice). Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses anak dalam menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada inteprestasi dunia anak prasekolah. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan proses adaptasi.
Chan(2014:online) menyatakan bahwa perkembangan kognitif ialah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,menalar,berfikir,dan bahasa. Ada beberapa pendapat dalam mendiskripsikan perkembangan kognitif, diantaranya adalah menurut Piaget perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
B. Karakteristik Perkembangan Kognitif Masa Remaja
Andi (2011:online) menyatakan bahwa Perkembangan kognisi remaja mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Selain itu, unsur paling penting dalam perkembangan pemikiran adalah mekanisme internal (ekuilibrium) sebagai self-regulasi yang mengatur diri seseorang jika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari luar. Piaget juga menyebutkan adanya pengaruh afeksi dalam perkembangan pemikiran seseorang yang berkaitan dengan kebutuhan untuk menentukan diri atau membentuk motivasi yang kuat bagi intelegensi seseorang tersebut (Suparno, 2001).
Ada 5 perubahan perkembangan kognitif anak remaja:
1. Remaja sudah bisa melihat ke depan (future) ke hal-hal yang mungkin, termasuk mengerti keterbatasannya dalam memahami realita. atau sistem abstraksi, pendekatan dan penalaran yang sistematis (logis-idealis), sampai ke berfikir hipotetis adalah berdampak pada perilaku sosial, berperan dalam meningkatkan kemampuan membuat keputusan.
2. Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini berdampak dan dapat diaplikasikan dalam proses penalaran dan berfikir logis.
3. Remaja mulai berfikir lebih sering tentang berfikir. Berfikir itu sendiri biasa dikenal dengan istilah Metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas kognitifnya sendiri selama proses berfikir, menjadikannya instrospektif, terkait dengan adolescence egocentrism.
4. Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular karena mampu melihat dari berbagai perspektif dan lebih sensitif pada kata-kata sarkastik, sindiran “double entendres”.
5. Remaja mengerti hal-hal yang bersifat relatif, tidak selalu absolut dan sering muncul saat remaja meragukan sesuatu dan ditandai dengan seringnya berargumentasi dengan orang tua terutama tentang nilai-nilai moral.
Karakteristik Pemikiran Remaja Berupa :
1) Perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu
egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan
dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.
2) Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.
Ada beberapa ciri pemikiran praoperasional formal pada remaja :
a) Abstrak : Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b) Idealis : Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini.
c) Logis : Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.
Pada perkembangan kognisi remaja juga dipengaruhi oleh pengambilan
keputusan yang berupa :
Remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan: menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan-keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber.
Remaja perlu punya lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis.
Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.
C. Implikasi Perkembangan Kognitif Masa Remaja Dalam Pendidikan
Andi (2011:online) Implikasi Karakteristik Remaja Terhadap Pendidikan. Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain memberikan fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitan pendidikan sekolah dalam istilahnya ‘rumah kedua’ bagi siswa, merupakan tempat rujukan dan perlindungan jika remaja mengalami masalah. Upaya-upaya yang dapat dilakukan pengajar dalam hal memahami siswa sebagai sosok remaja, yaitu:
1. Membantu siswa dalam menemukan jati diri dan menghadapi kegagalan yang dihadapinya.
2. Emosi yang memuncak adalah karakteristik dari remaja. Guru dapat membimbing remaja untuk pengendalian emosi negative.
3. Mengajari cara memahami orang lain dan toleransi merupakan cara guru dalam mendidik remaja.
4. Dengan mempelajari berbagai karakteristik remaja akan sangat membantu siswa yang masih dalam masa remaja, untuk keberhasilan proses pengajaran. Karena setiap remaja berbeda, maka guru mau tidak mau harus bisa menjadi teman dan orang tua bagi remaja itu sendiri. Diperlukan sikap polos, objektif terhadap siswa, adil dan menunjukkan perhatian serta rasa simpatik dalam menghadapi remaja.
Implikasi Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran
Implikasi tentang perkembangan kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak.
2. Anak, terutama pada pendidikan anak usia dini dan anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya.
3. Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak.
Perkembangan kognitif (intelektual)
Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja, seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana.
BAB III
ANALISIS
A. ANALISIS TEORITIS
Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak dibagi menjadi tiga yaitu
pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Ada 5 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Pertama, pembawaan. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Kedua, minat dan pembawaan yang khas. Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Ketiga, pembentukan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Disini dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan disekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya. Keempat, kematangan. Dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
B. ANALISIS PRAKTIS
Penerapan perkembangan kognitif dapat menimbulkan pola pikir pada anak yaitu dapat berfikir lebih kritis dalam pembelajaran, bertanggung jawab dalam tindakan, berfikir lebih rasional dan dapat mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang ucapkan maupun yang dilakukannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penyusun memperoleh simpulan sebagai Perkembangan kognitif terdapat empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahanusia:
1).Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2).Pra-operasional (usia2-7tahun)
3).OperasionalKongkrit (usia7-11tahun)
4).OperasionalFormal (usia11tahunkeatas)
Implikasi Karakteristik Remaja Terhadap Pendidikan. Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitan pendidikan sekolah dalam istilahnya ‘rumah kedua’ bagi siswa, merupakan tempat rujukan dan perlindungan jika remaja mengalami masalah.
B. Rekomendasi
1. Kepada siswa : disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih kreatif, efektif dan menyenangkan dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak.
2. Kepada guru: disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan sarana media pembelajaran dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Mengingat perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi remaja karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. perkembangan kognitif (atau intelektual) adalah perkembanganpikiran bagian dari otak yang dipakai untuk memahami, mengetahui, menalar serta mengenai sesuatu. Kognitif sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya.Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses anak dalam menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada inteprestasi dunia anak prasekolah. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan proses adaptasi dengan sejumlah pengalaman baru, misalnya seorang anak prasekolah mencoba memegang bola besar, akomodasi akan terjadi ketika anak mengenali bahwa bola tersebut lebih besar dari pada mainan yang biasa dimainkannya pada saat proses adaptasi.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis iden¬titas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bu-kan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya
Remaja yang berkembang baik kepribadiannya, salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasainya adalah membina hubungan sosial dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa selain dari guru dan orang tua. Remaja dapat berprestasi maksimal dalam belajar jika ia diterima dan dikagumi dalam kelompok sebayanya dan mampu memecahkan masalah sosial secara baik dengan orang dewasa terutama orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Perlu disadari bahwa perkembangan kepribadian remaja perlu dipahami oleh para guru maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja, karena perkembangan kepribadian sangat penting untuk mengembangkan prestasi belajar remaja.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan kognitif masa remaja ?
3. Bagaimana implikasi perkembangan kognitif dalam pendidikan ?
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
1. Untuk mengetahui maksud dari perkembangan kognitif.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan kognitif masa remaja .
3. Untuk mengetahui implikasi perkembangan kognitif dalam pendidikan.
D. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi literatur yaitu dengan merujuk pada buku-buku diperpustakaan, jurnal dan internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Perkembangan Kognitif
Fatimah (2006:31) menyatakan bahwa pada dasarnya, kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Hasil belajar ini merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Dari hasil belajar yang diukur terus belajar ini, tingkat kognitif seorang individu dapat diketahui. Test hasil belajar menggambarkan kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu.
Santrock (2007:52) menyatakan bahwa teori Piaget berpendapat anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan kognitif. Tahap pertama, sensori motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan fisik. Bayi mengalami kemajuan dari tindakan refleks sampai mulai menggunakan pikiran simbolis hingga akhir tahap. Tahap kedua yaitu, praoperasional( 2-7 tahun) anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatkan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik. Tahap ketiga yaitu, operasional konkret( 7-11 tahun) anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa kongkret dan mengklasifikasikan obyek-obyek kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. Tahap keempat yaitu, operasional formal (11-dewasa) remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis dan logis.
Yusuf(2012:195) menyatakan bahwa ditinjau dari perkembangan kognitif mrnurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap oprasi formal (oprasi=kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotetis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan maslah daripada berpikir kongkret.
Sarwono(1989:76) menyatakan bahwa keseluruan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Jadi, intelegensi memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Semakin banyak unsur rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, semakin berintelegensi tingkah laku tersebut. Kita ambil contoh seorang anak kecil berumur empat tahun sedang bermain di taman bunga. Ia melihat bunga-bunga berwarna-warni, lari mengejar kupu-kupu, menciumi bunga-bunga itu, dan sebagainya. Tindakan-tindakan itu masih berkadar intelegensi yang rendah karena unsur rasionya juga rendah.
Magta (2014) menyatakan bahwa Mengingat perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi anak karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Menurut Meggitt (2012:6), perkembangan kognitif (atau intelektual) adalah perkembangan pikiran bagian dari otak yang dipakai untuk memahami, mengetahui, menalar serta mengenai sesuatu. Kognitif sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk pengenalan, digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Menurut Piaget (dalam Sujiono dkk, 2007:3.5), perkembangan kognitif memliki empat aspek yaitu kematangan, pengalaman, transmisi sosial dan ekuilibrasi. Perkembangan kognitif memiliki beberapa tahapan perkembangan. Menurut Piaget (Sujiono dkk, 2007) melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu: tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (7-11 tahun) dan tahap operasional formal (11-16 tahun). Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya. Setiap tahapan perkembangan kognitif memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Sujiono, dkk (2007) karakteristik perkembangan kognitif anak usia 5 – 6 tahun adalah mengelompokkan benda yang memiliki persamaan: warna, bentuk atau ukuran, mengenali dan menghitung angka sampai 20, mengetahui letak jarum jam untuk kegiatan sehari-hari, memperkirakan hasil realistis untuk setiap cerita, menceritakan kembali buku bergambar dengan tingkat ketepatan yang memadai, paham mengenai konsep arah: di tengah/di pojok dan kiri/kanan mengklasifikasikan angka, tulisan, buah dan sayur. Proses perkembangan kognitif dimulai sejak anak lahir. Dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya. Mengembangkan kemampuan kognitif anak dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran dan media yang inovasi, kreatif dan menarik bagi anak.
Ambara (2014) menyatakan bahwa Menurut pandangan Piaget (dalam Djiwandono, 2004:73), perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup: mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Ada 5 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Pertama, pembawaan. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Kedua, minat dan pembawaan yang khas. Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Ketiga, pembentukan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Disini dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan disekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya. Keempat, kematangan. Dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kelima, kebebasan. Berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Gustiana (2011) menyatakan bahwa Pada masa kanak-kanak kemampuan motorik berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak (Piaget :1952). Perkembangan kognitif merupakan sesuatu yang penting dikembangkan sejak masa kanak-kanak (Yudha M Saputra & Rudiyanto: 2005). Sejalan dengan pendapat para ahli di atas, Samsudin (2005:29) mengungkapkan bahwa “Perkembangan kognitif dan perkembangan motorik secara konstan berinteraksi, perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual proses interaksi”. Guru harus mengembangkan metode-metode pembelajaran yang paling tepat bagi anak, khususnya guru taman kanak-kanak. Pengembangan metode tersebut berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana para ahli sering menyebutnya dengan istilah DAP (Developmentally Appropriate Practice). Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses anak dalam menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada inteprestasi dunia anak prasekolah. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan proses adaptasi.
Chan(2014:online) menyatakan bahwa perkembangan kognitif ialah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,menalar,berfikir,dan bahasa. Ada beberapa pendapat dalam mendiskripsikan perkembangan kognitif, diantaranya adalah menurut Piaget perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
B. Karakteristik Perkembangan Kognitif Masa Remaja
Andi (2011:online) menyatakan bahwa Perkembangan kognisi remaja mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Selain itu, unsur paling penting dalam perkembangan pemikiran adalah mekanisme internal (ekuilibrium) sebagai self-regulasi yang mengatur diri seseorang jika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari luar. Piaget juga menyebutkan adanya pengaruh afeksi dalam perkembangan pemikiran seseorang yang berkaitan dengan kebutuhan untuk menentukan diri atau membentuk motivasi yang kuat bagi intelegensi seseorang tersebut (Suparno, 2001).
Ada 5 perubahan perkembangan kognitif anak remaja:
1. Remaja sudah bisa melihat ke depan (future) ke hal-hal yang mungkin, termasuk mengerti keterbatasannya dalam memahami realita. atau sistem abstraksi, pendekatan dan penalaran yang sistematis (logis-idealis), sampai ke berfikir hipotetis adalah berdampak pada perilaku sosial, berperan dalam meningkatkan kemampuan membuat keputusan.
2. Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini berdampak dan dapat diaplikasikan dalam proses penalaran dan berfikir logis.
3. Remaja mulai berfikir lebih sering tentang berfikir. Berfikir itu sendiri biasa dikenal dengan istilah Metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas kognitifnya sendiri selama proses berfikir, menjadikannya instrospektif, terkait dengan adolescence egocentrism.
4. Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular karena mampu melihat dari berbagai perspektif dan lebih sensitif pada kata-kata sarkastik, sindiran “double entendres”.
5. Remaja mengerti hal-hal yang bersifat relatif, tidak selalu absolut dan sering muncul saat remaja meragukan sesuatu dan ditandai dengan seringnya berargumentasi dengan orang tua terutama tentang nilai-nilai moral.
Karakteristik Pemikiran Remaja Berupa :
1) Perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu
egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan
dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.
2) Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.
Ada beberapa ciri pemikiran praoperasional formal pada remaja :
a) Abstrak : Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b) Idealis : Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini.
c) Logis : Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.
Pada perkembangan kognisi remaja juga dipengaruhi oleh pengambilan
keputusan yang berupa :
Remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan: menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan-keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber.
Remaja perlu punya lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis.
Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.
C. Implikasi Perkembangan Kognitif Masa Remaja Dalam Pendidikan
Andi (2011:online) Implikasi Karakteristik Remaja Terhadap Pendidikan. Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain memberikan fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitan pendidikan sekolah dalam istilahnya ‘rumah kedua’ bagi siswa, merupakan tempat rujukan dan perlindungan jika remaja mengalami masalah. Upaya-upaya yang dapat dilakukan pengajar dalam hal memahami siswa sebagai sosok remaja, yaitu:
1. Membantu siswa dalam menemukan jati diri dan menghadapi kegagalan yang dihadapinya.
2. Emosi yang memuncak adalah karakteristik dari remaja. Guru dapat membimbing remaja untuk pengendalian emosi negative.
3. Mengajari cara memahami orang lain dan toleransi merupakan cara guru dalam mendidik remaja.
4. Dengan mempelajari berbagai karakteristik remaja akan sangat membantu siswa yang masih dalam masa remaja, untuk keberhasilan proses pengajaran. Karena setiap remaja berbeda, maka guru mau tidak mau harus bisa menjadi teman dan orang tua bagi remaja itu sendiri. Diperlukan sikap polos, objektif terhadap siswa, adil dan menunjukkan perhatian serta rasa simpatik dalam menghadapi remaja.
Implikasi Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran
Implikasi tentang perkembangan kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak.
2. Anak, terutama pada pendidikan anak usia dini dan anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya.
3. Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak.
Perkembangan kognitif (intelektual)
Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja, seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana.
BAB III
ANALISIS
A. ANALISIS TEORITIS
Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak dibagi menjadi tiga yaitu
pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Ada 5 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Pertama, pembawaan. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Kedua, minat dan pembawaan yang khas. Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Ketiga, pembentukan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Disini dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan disekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya. Keempat, kematangan. Dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
B. ANALISIS PRAKTIS
Penerapan perkembangan kognitif dapat menimbulkan pola pikir pada anak yaitu dapat berfikir lebih kritis dalam pembelajaran, bertanggung jawab dalam tindakan, berfikir lebih rasional dan dapat mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang ucapkan maupun yang dilakukannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penyusun memperoleh simpulan sebagai Perkembangan kognitif terdapat empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahanusia:
1).Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2).Pra-operasional (usia2-7tahun)
3).OperasionalKongkrit (usia7-11tahun)
4).OperasionalFormal (usia11tahunkeatas)
Implikasi Karakteristik Remaja Terhadap Pendidikan. Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitan pendidikan sekolah dalam istilahnya ‘rumah kedua’ bagi siswa, merupakan tempat rujukan dan perlindungan jika remaja mengalami masalah.
B. Rekomendasi
1. Kepada siswa : disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih kreatif, efektif dan menyenangkan dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak.
2. Kepada guru: disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan sarana media pembelajaran dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ambara,Didith Prambuditya.2014. Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media Gelombang Pintar Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja, Indonesia
Fatimah,Enung.2006.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Pustaka Setia
Gustiana,Asep Deni.2011. Pengaruh Prmainan Modifikasi Terhadapkemampuan Motorik Kasar Dan Kognitif Anak Usia Dini.EDISI KHUSUSno.2,agustus2011ISSN 1412-565
Magta,Mutiara.2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Media Papan Pintar Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014). Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja, Indonesia
Santrock,John W.2007.Remaja Edisi 11 Jilid 1.Jakarta:Erlangga
Sarwono,Wirawan Sarlito.1989.Psikologi Remaja.Jakarta.Pt.Raja Grafindo Persada
Yusuf,Syamsu.2012.Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.Bandung:ROSDA
http:aurynchanll.blogspot.in/2014/01/.perkembangan-kognitif-remaja.html